13 September 2018

Kopi, Lukisan, Kenangan #Puisi Karya Wira Nagara

Kopi, Lukisan, Kenangan. Puisi karya Wira Nagara

Lihat, tepat setelah lampu-lampu dipadamkan
Kau menyala sebagai satu-satunya yang kurindukan
Disini, ditempat yang paling kau hindari
Aku pernah berdiri

Menggores kata, menulis warna, pada ratapan panjang yang menguat dalam dinding kecemasan
Aku mengisahkan kenangan dikepasrahan yang begitu lapang
Retak berserakan, tanpa kediaman
Terkoyak sepi, melayang diantara pekat aroma kopi

Dengar, tepat setelah jejak-jejak dilangkahkan
Kau menyapa sebagai satu-satunya yang kunantikan
Disini, dipeluk yang pernah kau nikmati
Aku masih sendiri
Mencari kehilangan, menemui perpisahan
Pada letupan kenang yang memuat ruang kekosongan
Aku membicarakan senyummu dikeindahan yang telah hilang
Hancur berkeping, tersapu kesunyian, terinjak lara
Melarut dalam pahit yang diseduh air mata

Tunggu, santailah sejenak
Karena tepat setelah meja-meja ditinggalkan
Kedai ini menyesak sebagai satu-satunya keterangan
Satu kisah yang pernah kita upayakan
Beripu rncana yang pernah kita perjuangkan
Lenyap

Kau memutuskan berpindah hati sebelum satu persatu rencana kita berhasil diwijudkan
Menggores kesadaran, menyayat perasaan
Pada setiap kata yang memuat pertanyaan
Aku mencari kau yang kurindukan
Aku menyapa kau yang kunantikan
Aku mencari
Aku menyapa
Aku menanti
Aku merindu
Aku terisak
Aku, menunggu, hadirmu

Dan kini, satu-satunya yang tersisah hanyalah goresan yang kubuat sebagai prasasti kesendirian
Kapanpun sunyi merasuk jiwamu
Kemarilah, pesan kopi terpahit dengan kenangan termanismu
Genggam kesedihanmu sebagai duka paling bahagia
Dan bila hatimu butuh didengarkan
Temui aku dalam perbincangan
Niscaya kopi yang kau pesan
Tak akan pernah sepahit kehilangan

#Karya Wira Nagara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar